Manusia dilahirkan dan datang ke dunia ini dalam keadaan polos, telanjang, buta ilmu pengetahuan, walaupun ia dibekali dengan kekuatan dan pancaindera yang dapat menyiapkan untuk mengetahui dan belajar.
Allah swt. berfirman:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur." (An-Nahl 78).
Maka pendegaran, penglihatan dan akal ialah alat-alat yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk digunakannya demi memperoleh pengetahuan dan merupakan jendela-jendela supaya melihat ke alam yang luas, tujuannya untuk mengetahui rahasia-rahasianya.
"Barang siapa bersabar dengan kesusahan yang sebentar saja maka ia akan menikmati kesenangan yang panjang". (Thariq bin Ziad)
Anak-anak kita sekarang ada kalanya hati jenuh, disaat mereka terus menerus menuntut ilmu, menghafal Al-Quran, hadist, doa-doa bahkan materi-materi lain. Apa lagi mendegar nasehat dari hustatd bahkan merasa penat karena harus duduk tertib. Merekan merasa berat dengan perjuangan menuntut ilmu sebagai bekal untuk masa yang akan datang, dikarenakan mereka tidak tau/faham akan hasil yang akan mereka petik di masa mendatang.
Sekarang, marilah kita menyimak kisah Abu Hurairah. Dia tumbuh sebagai seorang yatim, kemudian hijrah sebagai seorang yang miskin. Dia menjadi seorang buruh dalam keluarga Busrah binti Ghazwan dengan imbalan makanan sekadar mengisi perut. Pada tahun ke-7 H, Abu Hurairah mendatangi Rasulullah SAW untuk menyatakan keislamannya. Ilmu yang mengangkat derajat sahabat Nabi ini.
Abu Hurairah menemani Rasulullah SAW hanya sekitar empat tahun. Akan tetapi, Abu Hurairah adalah periwayat hadis Nabi yang paling banyak dibanding sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Bagi Abu Hurairah, empat tahun bisa menjadi waktu yang panjang, penuh dengan ucapan, amal, dan pendengaran yang bermanfaat.
Abu Hurairah sadar ia baru masuk Islam belakangan. Karena itu, dia bertekad mencari kompensasi atas segala sesuatu yang telah terlewatkan. Tak ada kata terlambat untuk mengejar ilmu.
Dia rajin mengikuti Rasulullah SAW dan hadir dalam setiap majelis Beliau SAW tekad dan kesungguhan itu didukung oleh kecerdasan yang Allah karuniakan. Abu Hurairah bukan seorang penulis, melainkan penghafal. Ia mampu menghafalkan setiap ucapan Rasulullah SW dengan tepat.
Index.01
0 Comments